1984 (Nineteen Eighty-Four)





Penulis: George Orwell
Penerjemah: Landung Simatupang
Penyunting: Ika Yuliana Kurniasih
Tebal buku: viii + 392 hal
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-602-291-003-9
Rating: 4 dari 5 bintang








blurb
Sepanjang hidupnya, Winston berusaha menjadi warga negara yang baik dengan mematuhi setiap aturan Partai meski jauh di dalam hati dan pikirannya bersemayam antipati terhadap kediktatoran yang ada di negaranya. Walaupun begitu, Winston tidak berani melakukan perlawanan secara terbuka.

Tidak mengherankan, karena Polisi Pikiran, teleskrin, dan mikrofon tersembunyi membuat privasi hanya serupa fantasi. Bahkan, sejarah ditulis ulang sesuai kehendak partai. Negara berkuasa mutlak atas rakyatnya. Yang berbeda atau bertentangan akan segera diuapkan.

1984 merupakan satire tajam, menyajikan gambaran tentang luluhnya kehidupan masyarakat totalitarian masa depan yang di dalamnya setiap gerak warga dipelajari, setiap kata yang terucap disadap, dan setiap pemikiran dikendalikan. Hingga kini, 1984 meruapakan karya penting Orwell yang mengantarkannya ke puncak kemasyuran.

***
PERANG IALAH DAMAI
KEBEBASAN IALAH PERBUDAKAN
KEBODOHAN IALAH KEKUATAN

Begitulah slogan totaliterianisme yang diagung-agungkan di seluruh penjuru Oceania. Slogan milik Partai Sosialis Inggris yang membuat penduduknya tunduk patuh terhadap sosok Bung Besar. Segala tindakan diawasi. Segala pikiran dikendalikan.

Bagaimana semua itu bisa dilakukan? Tidak bisa dipungkiri keberadaan teleskrin dan mikrofon yang ada di setiap penjuru membuat tak seorang pun bertindak semaunya. Teleskrin, sebuah alat komunikasi dua arah, yang mengawasi 24 jam penuh, dan melenyapkanmu jika sekali saja membuat kesalahan. Tidak ada kebebasan yang abadi.

BIG BROTHER IS WATCHING YOU!!!

Pada saat itu pula, diciptakan tata bahasa yang disebut newspeak yang merupakan pengganti bahasa Inggris baku, oldspeak. Newspeak lebih ringkas daripada oldspeak. Kosa kata yang berkaitan dengan pemberontakan, politik, atau semacamnya dihapus. Kata-kata yang bermakna ambiguitas dihapus. Secara tidak langsung, newspeak membuat penduduk tidak bisa bersuara.

Itulah yang terjadi di kehidupan 1984, kehidupan seorang laki-laki berumur 39 tahun, Winston Smith. Winston adalah seorang warga negara kelas menengah, atau biasa disebut kaum Outer Party, yang bekerja di Kementerian Kebenaran bagian Departemen Catatan. Tugasnya adalah membenarkan segala catatan. Segala catatan, berita, atau sejarah yang tidak sesuai dengan kehendak Bung Besar akan ditarik, diubah, atau dihapus.
Seluruh sejarah adalah semacam batu tulis, bisa ditulis bersih dan ditulisi lagi sesering yang dibutuhkan. Bagaimanapun, sesudah dilakukan pemalsuan, tidak pernah mungkin dibuktikan bahwa memang ada pemalsuan apa pun juga." hal 49.
Jauh di lubuk hati Winston (ah elah) apa yang terjadi ini salah. Jika ia terus berpikiran seperti ini, Polisi Pikiran akan siap menangkap Winston karena melakukan kejahatan pikiran

Winston akhirnya bertemu Julia, wanita yang bekerja di Departemen Fiksi, yang diam-diam memerhatikan Winston dari jauh. Mereka berdua berkenalan dan rupanya Julia juga ingin berontak terhadap totaliterianisme yang mewabah. Hubungan mereka menjadi intens. Julia tau kapan mereka harus bertemu dan kapan mereka harus pergi. Julia tahu dimana lokasi-lokasi yang tidak terdeteksi teleskrin.

Di satu sisi, Winston dan Julia bertemu dengan Mr. Charrington, pemilik pondok yang rela memberikan ruangannya untuk anu-anuan Winston dan Julia. Mereka juga bertemu dengan O'Brien, warga kelas atas (inner party) yang diduga merupakan anggota Brotherhood, kelompok musuh Bung Besar. Winston, Julia, dan O'Brien sepakat untuk berupaya melawan Bung Besar. O'Brien memberikan buku Teori dan Praktik Kolektivisme Oligarkis yang ditulis oleh Emmanuel Goldstein. Goldstein adalah tokoh musuh utama Bung Besar.

Faktanya tidak ada yang bisa melawan Bung Besar! Winston dan Julia ditangkap oleh Polisi Pikiran saat mereka sedang anu-anuan. Dan selama ini gerak-gerik Winston diamati dan sengaja tidak langsung ditangkap. Segalanya dibuat sangat rapi untuk membuat Winston jera dan kembali mencintai sosok Bung Besar.

***

Sebagai pembaca amatir, buku ini luar biasa. Nineteen Eighty-Four adalah buku bergenre distopia. Saya juga baru tahu kalau ada genre demikian. Ah payah. Distopia menggambarkan suatu keadaan dunia yang sedang kacau balau. Masyarakat distopia ditandai dengan adanya sistem kelas yang ketat dan timpang. Masyarakat distopia berada di bawah kekuasaan mutlak pemerintahan totalitarian atau otoritarian penuh. Ruang ekspresi dan kreasi dibatasi, bahkan hampir tidak ada.

Keadaan inilah yang ingin disampaikan oleh George Orwell kepada kita semua. George Orwell memprediksi bahwa akan ada kondisi distopia yang akan terjadi di masa datang, dan yang dimaksud Orwell adalah tahun 1984, 36 tahun yang akan datang sejak novel ini ditulis.

Orwell meletakan kekuasaan sebagai sebuah subyek yang menakutkan. Kekuasaan bagi Orwell bisa masuk ke dapur anda, menunggu anda yang sedang tidur nyenyak di atas kasur, mencatat setiap ucapan yang anda katakan, tiap suara yang berbunyi selalu direkam dengan baik dan teliti, aktivitas yang selalu dikontrol, desah nafas yang berbunyi akan di tangkap di telinga kekuasaan. Kontrol kekuasaan bagi Orwell adalah kontrol yang begitu ketat sehingga tidak ada aktivitas pribadi maupun kolektif yang lepas dari kontrol.

Bung Besar, wujud pemimpin partai totaliterian yang dipatuhi seluruh penduduk. Sosok zalim yang ditakuti, yang sosoknya tidak pernah diketahui. Fiktif? mungkin. Karena Bung Besar dijadikan propaganda untuk menakut-nakuti. Ia ada dalam bentuk poster, koran, bahkan teleskrin.

Teleskrin menjadi sebuah alat canggih untuk mengetahui segala tindakan dan pikiran yang jika keduanya bertentangan dengan rezim Bung Besar, tak ada satupun yang bisa melawan. Jika dibandingkan pada masa sekarang, teleskrin ada dalam wujud CCTV. Oke lupakan fungsi utama CCTV yang berguna mengawasi maling ya. Sejak saya buku ini saya berpikir CCTV punya fungsi lain. Wujud lain dari teleskrin yang kekinian adalah gawaimu, guys. Kita memang tidak dipaksa untuk memakai gawai, tetapi seolah-olah kita dibuat butuh, sehingga apa-apa harus menggunakan gawai, update status misalnya, atau sharing foto di berbagai event misalnya. Yang paling saya takutkan jika teleskrin ini ada, saya tidak akan bisa memikirkan dia (Putri, fokus!).
Teleskrin bisa menjelma bos di kantor yang perfeksionis dan selalu melihat gerak-gerik anak buahnya. Even si anak buah menghela napas dengan suara agak besar saja bisa membuahkan masalah" (Raysa, anggota Kober)
Sosok Bung Besar mengingatkan saya dengan Presiden Soeharto. Pada zaman orde baru, pers benar-benar di bawah pengawasan pemerintah, departemen penerangan. Segala berita yang berbau menyimpang, akan ditindaklanjut. Pers dijadikan instrumen pemerintah untuk mempertahankan kekuasaan. Tidak hanya itu poster, pamflet, atau media cetak yang bersifat mengancam pemerintahan, akan mendapat perlakukan keras.

Kembali lagi ke 1984.

Terdapat juga bahasa resmi yang digunakan pada saat itu, newspeak. Newspeak dibuat untuk memenuhi kebutuhan sosialisme Inggris. Ini adalah suatu bentuk pengalihan dari bahasa lama, oldspeak atau bahasa Inggris resmi nan baku.

Newspeak diwujudkan dalam bentuk kamus dan terus diperbarui. Semakin diperbarui, semakin sedikit kosa katanya, dan semakin sempit maknanya. Tujuan utama dari penggunaan bahasa ini tidak lain untuk mempersempit pemikiran yang menyimpang terhadap Bung Besar. Pun contoh dari newspeak ini adalah nama-nama kementerian yang ada di rezim Bung Besar.

Dalam newspeak, ada kosa kata "pikir ganda" atau "double think" yaitu sistem pemikiran yang membuat kita percaya akan dua hal yang bertentangan. Ya tentunya ini menjadi sebuah bencana jika orang yang berpikir ganda cenderung setuju dengan pemikiran yang bertentangan dengan Bung Besar.

Lalu bagaimana contoh newspeak terkini? Kata "terorisme". Jika mendengar kata ini, apa yang kali pertama terlintas di pikiranmu? Kata apa yang selalu didengungkan di media? Yap, sila dijawab sendiri.  :)

***

Secara keseluruhan, buku 1984 ini membuat saya paham politik meskipun tidak mendalam. Tidak mendalam karena apa yang saya baca buku fiksi, sehingga pengetahuan politik masih sebatas pelengkap data dari buku nonfiksi. Setidaknya buku 1984 ini memberikan pengetahuan lebih dari apa yang saya dapat saat di sekolah.

Buku ini mendapat beberapa penghargaan sebagai novel klasik dengan istilah-istilah seperti, Bung Besar, pikir ganda, dan cuci otak dalam kehidupan sehari-hari. Kata Orwellian menjadi terkenal sebagai gambaran penipuan, pengawasan rahasia, dan manipulasi kejadian masa lalu oleh partai tunggal. Buku ini juga diterbitkan di berbagai negara dengan cover yang menurut saya agak horor.

beberapa versi cover (dari berbagai sumber)


Bahas filmnya yuk!

Karena isi buku yang luar biasa, ada beberapa versi film dari 1984. Film pertama disutradarai oleh Paul Nickell pada tahun 1953. Pemainnya Eddie Albert sebagai Winston, Norma Crane sebagai Julia, dan Lorne Greene sebagai O'Brien. Cek filmnya di sini.

Setahun berikutnya, BBC Inggris juga membuat film 1984 dengan Rudolph Cartier sebagai Winston dan Nigel Kneale sebagai Julia. Secara keseluruhan film ini lebih baik dari yang awal. Durasinya pun lebih lama, 2 jam (film pertama hanya 1 jam). Dari beberapa orang yang sudah menonton, mereka mengaku mendapat pesan utama dari film 1984. Mereka mengatakan takut jika dunia berubah menjadi subversif. Cek filmnya di sini.



Versi ketiga dibuat oleh Inggris pada tahun 1956. Film ini lebih dibuat teatrikal. Cek filmnya di sini (yang ini full version, hehe).

Versi keempat, bukan film tapi iklan. Iklan berdurasi satu menit ini dipakai Apple saat peluncuran Macintosh. Cek iklannya di sini.

Film kelima dibuat pada tahun 1984, disesuaikan dengan setting waktu buku ini. Film ini disutradarai Michael Radford. Dan yeaaah film ini bukan film hitam putih. Yuk cek di sini.

Terakhir, adalah versi keenam. Dibuat pada tahun 1986 oleh sutradara Brazil, Terry Gilliam. Gaya visualnya tidak hanya menunjukkan suramnya distopia, tapi juga ada unsur ekspresionisme, futurisme, dan surealisme juga. Tidak hanya itu terdapat unsur komedi dan fantasi. Dan dari sekian versi film, yang patut menjadi rekomendasi adalah yang terakhir ini. Cek filmnya di sini.

***

Buku ini saya rekomendasikan untuk siapapun. Pun filmnya. Eh karena ada bagian anu-anuan, buku ini sebaiknya dibaca untuk yang sudah merasa dewasa, dan benar-benar tidak berfokus di bagian anu-anuan. 

Review ini merupakan proyek Monthly Book Review Challenge Klub Buku Indonesia 2015  #MBRCKBI2015 yang digagas oleh Klub Buku Indonesia (KBI). Buku 1984 merupakan buku yang dibahas pada bulan Maret. Selain mengupas buku sampai lelah, kami juga membahas siapa George Orwell dan film 1984 dengan berbagai versi.

Terima kasih sebanyak-banyaknya pada semua moderator pembahasan, Kak Saki dan Kak Dhila sebagai moderator pembahasan buku, Bang Pilon sebagai moderator tokoh George Orwell, Om David Hukom sebagai moderator film. Terima kasih juga untuk Kak Dwi sebagai moderator kuis minggu ini dengan pertanyaan seputar 1984. Terakhir terima kasih juga kepada teman-teman Klub Buku Indonesia serta pembaca setia blog saya.

Sekian dari saya.



Eh ada salam dari Bung Besar.

sumber gambar dari sini












0 komentar :

Posting Komentar

Back to Top