Goosebumps: Mesin Tik Hantu - The Blob That Ate Everyone

Judul asli: The Blob That Ate Everyone
Penulis: R.L Stine
Penerjemah: Hendarto Setiadi
Tebal Buku: 144
Cetakan ke: 2
Tahun terbit: 1998
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 979-605-768-9
Rating: 4 dari 5 bintang












blurb
Pengarang buku horor terkenal! Itulah cita-cita Zackie! Ia mengarang kisah tentang monster berbentuk gumpalan raksasa. Makhluk licin berwarna pink yang memangsa seluruh penghuni kota.
Lalu Zackie menemukan sebuah mesin tik tua di toko antik yang terbakar! Ia membawa mesin tik itu ke rumahnya dan mulai mengetik kisah karangannya.
Tapi ada sesuatu yang aneh dengan mesin tik itu! Sesuatu yang berbahaya! Karena apa pun yang ditulis Zackie menjadi kenyataan! Segera monster lapar itu menjelma... dan gentayangan... memangsa satu per satu teman Zackie!!!

***

GOOSEBUMPS!!! Buku cerita horor yang keren!!! Kali pertama mengenal karya R.L Stine saat saya masih SD. Buku ini milik mas kesayangan, Mas Ang. Saya baru membaca dua seri, yaitu buku ini dan Petaka Selai Kacang Ungu. R.L Stine membidik anak-anak untuk penikmat buku dengan genre horor, tetapi nyatanya buku R.L Stine juga dinikmati orang seperti saya yang umurnya menginjak...ah sudahlah. Yang jelas kesannya sama-sama menyenangkan saat dibaca waktu saya SD dan sekarang.

Setiap kali membaca buku saya selalu berpikir apakah sang penulis bermain di permukaan, dasar, atau di keduanya dalam memberikan pengetahuan, pesan, atau informasi. Nah, menurut saya R.L Stine bermain di keduanya.

Sekarang mari kita berjalan di permukaan... (*gandeng)

Zackie Beauchamp seorang anak kecil berumur 12 tahun memiliki cita-cita sebagai penulis cerita horor. Temannya, Adam Levin (bukan Adam Levine, ya) tidak menyukai tulisan Zackie. Baginya tulisan Zackie biasa saja, tidak ada yang mengerikan. Sementara Alex, temannya yang lain begitu menyenangi tulisan Zackie. Bahkan Adam sering menakut-nakuti Zackie secara berlebihan karena dia terlalu mendramatisir keadaan menjadi horor.

Zackie ingin membuktikan bahwa ia bisa menulis dengan baik. Bertemulah ia dengan mesin tik antik yang rupanya menyemangati Zackie untuk menulis cerita horor lebih seru lagi. Mesin tik ini justru membuktikan bahwa imajinasi Zackie ini luar biasa. Apa yang ditulis Zackie menjadi kenyataan. Monster gumpal merah jambu mengerikan memporak-porandakan kota. Semua orang ketakutan, bahkan Zackie sendiri.

Tidak hanya menyuguhkan cerita horor, R.L Stine memberikan humor yang diwujudkan dalam karakter Zackie. Karena begitu menyukai cerita horor, Zackie melihat sesuatu secara horor pula, dan lucunya itu malah membuat dia ketakutan sendiri. Seperti saat Zackie tidak menemukan mesin tik itu di mejanya. Ia ingat betul mesin tik diletakkan di sana. Tiba-tiba lenyap. Menguap. Eh apa yang sebenarnya terjadi? Mesin itu cuma pindah tempat. Ayahnya yang memindahkan untuk dibersihkan.

Ya, bagi saya yang di permukaan hanya sebatas itu saja. Mari kita berjalan di dasar... (*gandeng lebih erat)

Menurut saya, buku ini memiliki pesan suka dukanya menjadi penulis.

Zackie, bercita-cita menjadi seorang penulis cerita horor. Imajinasinya luar biasa dan liar. Sayangnya tulisannya tidak disenangi Adam. Kata Adam tulisannya datar, tidak menarik, tidak ada horornya sama sekali. Bahkan Adam meyakinkan bisa menulis lebih bak dari Zackie. Zackie kesal? tentu. Tetapi itu tidak mematahkan semangat Zackie. Ya, menjadi seorang penulis bukanlah hal yang mudah. Karyamu selalu ada yang dipuji dan dikritik. Hal itu adalah suatu yang lumrah. Kamu hanya perlu memoles menjadi lebih baik.

Menjadi penulis harus totalitas. Karakter Zackie yang selalu melihat segala sesuatu secara horor ini memudahkan dia dalam menciptakan sebuah cerita. Ia menikmati hal itu, bahkan ia ketakutan sendiri. Ia merinding melihat bayangan hitam yang melesat di kakinya, padahal bagi orang lain itu hanyalah kucing yang lewat. Mesin tiknya yang hilang dari mejanya ia bayangkan mesin tik itu menguap dengan sendirinya. Menurut saya Zackie begitu menyelami dunianya.

Inspirasi dalam menulis sebuah cerita bisa datang dari mana saja. Seperti saat Zackie menemukan mesin tik misalnya. Mesin tik itu seolah-olah menyemangati Zackie menulis cerita horor. Dan mesin tik ingin membuktikan bahwa imajinasi sama dengan kenyataan bagi seorang penulis. Penulis selalu menginginkan pembaca tidak hanya sekadar berimajinasi, tetapi memaknai bahwa apa yang di cerita itu nyata baginya, sehingga pembaca akan merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti yang dirasakan penulis. Pembaca tidak hanya merasakan bualan belaka.

Penulis memegang kendali penuh jalannya cerita. Jalan cerita yang sudah dikonsep sejak awal, dapat diubah kembali sesuai keinginan penulis. Hey, sudah saya katakan sebelumnya bahwa inspirasi datang dari mana saja. Setelah Zackie tahu monster gumpal merah jambu membahayakan kota, ia menjadi merasa bersalah. Dialah yang menulis cerita monster itu. Dialah yang menciptakan monster itu. Ini semua salah Zackie (eh). Zackie harus kembali ke rumahnya. Zackie harus memperbaiki ceritanya.

Akhir cerita ini cukup mengejutkan saya. Saya merasa membuka kado dan di dalam kado itu ada kado lagi. Ternyata yang menulis kisah mesin tik hantu bukanlah Zackie. Bukan. Yang memperbaiki cerita bukanlah Zackie. Tapi orang lain. Bukan juga R.L Stine. NO. Lalu siapa?

***

Oh ya kekurangan buku ini hanya judul terjemahannya yang kurang saya sukai. Judulnya ada "hantu"nya, tetapi terjemahan di buku justru menggunakan kata "monster". Hemat saya lebih baik "Petaka Mesin Tik Monster". Hahahaha...

Sekian review dari saya.





1 komentar :

Asti mengatakan...

Kangen baca goosebumps lagi... *tear*

Posting Komentar

Back to Top