Tebal buku: 216 halaman
Tahun terbit: 2012
Cetakan: 4
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN:978-979-22-8774-5
Rating: 4,5 dari 5 bintang
blurb
Tidak mudah bagi seorang lelaki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tidak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya. Namun, di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.
blurb
Tidak mudah bagi seorang lelaki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tidak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya. Namun, di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.
***
Politik Komunis
Membaca tulisan "Politik Komunis" membuat saya berhati-hati dalam menulis review ini. Partai Komunis di Indonesia mulai masuk setelah kemerdekaan tahun 1945 dan berakhir tepat 1 Oktober 1965. Pegaten, daerah tempat tinggal Karman tak luput dari orang-orang komunis. Pelan-pelan ideologi komunis masuk dan memengaruhi penduduk melalui tokoh-tokoh penting.
Karman dikenal sebagai anak muda yang taat beragama. Ia membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya. Dari situlah ia mengenal Haji Bakir, orang kaya baik hati yang memberi Karman pekerjaan sekaligus sekolah. Di satu sisi, Ada Margo. anggota Partai Indonesia (Partindo) yang sesungguhnya adalah orang komunis. Margo menginginkan Karman menjadi kelompok Komunis. Ia menyusun propaganda agar Karman menjauhi Haji Bakir, tokoh nonkomunis yang memiliki pengaruh penting di Pegaten dan Karman sendiri. Pergulatan batin terjadi di diri Karman. Yang akhirnya dia memilih menjadi komunis dan tentunya menjadi ateis.
Karman Komunis
Margo, Tarmin, dan tokoh komunis lainnya berusaha memberikan paham-paham ideologi Karl Marx dan Lenin, agar Karman menyelami komunis secara menyeluruh. Margo memberikan buku-buku komunis, memberikan ujian pegawai tetap yang pertanyaannya seputar komunis dan sejarah Indonesia yang tentunya tidak sesuai dengan kebenaran.
Cinta Masa Lalu dan Kini
Tak lengkap rasanya jika cerita Karman tidak dilengkapi dengan unsur percintaan. Sejak kecil, Karman dekat dengan anak gadis Haji Bakir, Rifah. Sayangnya hal ini menjadi alat propaganda Margo agar Karmin menjadi komunis. Hubungan mereka tidak berjalan mulus. Karman pun punya hubungan buruk dengan Haji Bakir. Di satu sisi, Margo mengenalkan Marni, gadis cantik yang akhirnya menjadi istri Karman.
Kisah cinta lain ada pada dua insan, Tini (anak kedua Karman) dan Jabir. Kisah mereka cukup unik mengingat latar belakang orang tua mereka. Kisah mereka akhirnya menjadi salah satu penutup manis buku Kubah.
1 Oktober 1965
Setelah G30S/PKI, antek-antek komunis ditangkap dan dihukum mati. Tentu saja Karman menjadi buronan. Dia sembunyi dari satu tempat ke tempat lain. Ia ingin selamat, tetapi naluri mengatakan ini hanya masalah waktu. Ketakutan selalu menghantui. Setiap kali merenung, ia teringat anak istri, yang entah bagaimana kondisinya. Selama persembunyian ia bertemu Kastagethek yang membuat Karman merasa malu dengan perbuatannya selama ini.
***
Saya membeli buku ini karena di depan kover terdapat tulisan "Novel Terbaik 1981 Yayasan Buku Utama Kementerian P&K" dan "Sudah diterbitkan dalam bahasa Jepang". Hei apa menariknya? Menarik sekali!
Ahmad Tohari berusaha menceritakan kondisi rakyat Indonesia berada dalam cengkraman PKI lewat tokoh Karman. Orang komunis tidak hanya melakukan penyebaran paham secara terang-terangan. Mereka mendekati pejabat atau kalau bisa menjadi pejabat agar mudah menguasai rakyatnya. Tokoh Margo sendiri mendekati tokoh camat agar lebih mudah menghasut Karman.
Klimaks dari kisah ini saat Karman menjadi buronan. Terus terang saja, emosi kuat tercipta saat membaca bagian ini. Ahmad Tohari sukses membuat saya penasaran hingga akhirnya saya berusaha mengulik dari sumber lain informasi terkait PKI dan kawan-kawannya.
Alur yang digunakan flash back. Awal cerita mengisahkan Karman telah keluar dari pengasingan di Pulau Buru, di tengah cerita flash back bagaimana Karman bisa diasingkan, dan di akhir cerita flash back kembali saat Karman bebas dan kembali ke Pejaten.
Lalu "Kubah" yang menjadi judul buku ini maksudnya apa? Jawabannya ada di akhir cerita. Menurutku judul buku ini merupakan 'buah manis' yang dipetik Karman setelah melewati masa kelam.
Kekurangan dari buku ini yang menurut saya parah adalah kesalahan penulisan. Saya menemukan kurang lebih lima kata yang salah tulis dan itu ada di bagian akhir cerita. Kemudian saya mengecek identitas buku mencari tahu siapa penyunting buku. Ternyata saya tidak menemukan nama penyuntingnya. Bagaimana bisa tidak ada identitas penyunting sementara ada identitas penulis dan desain sampul? Selain itu, buku ini tidak ada pembatas bukunya.
So far, saya puas dengan buku Kubah. Tentu saya akan baca tulisan Ahmad Tohari lainnya.
Saya punya kuot menarik sebagai penutup review,
Rumah adalah sebaik-baiknya tempat berpulang."
Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Baca Ulas Season 2
0 komentar :
Posting Komentar