Minggu, 09 Agustus 2015

Cerita Calon Arang

Penulis: Pramoedya Ananta Tour
Tebal Buku: 96 halaman
Cetakan ke: 4
Penerbit: Lentera Dipantara
ISBN: 979-97312-10-5
Rating: 3 dari 5 bintang














blurb
Cerita Calon Arang bertutur tentang kehidupan seorang perempuan tua yang jahat. Pemilik teluh hitam dan pengisap darah manusia. Ia pongah. Semua lawan "politik"nya dibabatnya. Yang mengkritik dihabisinya. Ia senang menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas, dan menyakiti. Ia punya bayak ilmu ajaib untuk membunuh orang.. murid-muridnya dipaksa berkeramas, berkeramas dengan darah manusia. Kalau mereka sedang berpesta tak ubahnya dengan sekawanan binatang buas, takut orang melihatnya yang jika ketahuan mengintip orang itu akan diseret ke tengah pesta dan dibunuh dan darahnya dipergunakan berkeramas.

Tapi kejahatan ini juga pada akhirnya bisa tumpas di tangan jejari kebaikan dalam sebuah operasi terpadu yang dipimpin oleh Empu Baradah. Empu ini bisa mengembalikan kehidupan masyarakat yang gonjang-ganjing ke jalan yang benar sehingga hidup bisa lebih baik dan lebih tenang, tidak buat permainan segala macam kejahatan


***

Cerita Calon Arang merupakan salah satu dongeng yang terkenal di Jawa dan Bali. Kisahnya sendiri dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu Jawa. Calon Arang adalah tokoh utama dalam kisah ini seorang tukang teluh (dukun) jahat penyembah Dewi Durga yang memiliki banyak ilmu hitam. Ia membunuh banyak penduduk Girah karena tidak ada yang mau mepersunting anaknya, Ratna Manggali. Meskipun anaknya cantik jelita, tetapi ibunya tukang teluh ya buat apa. Begitulah kiranya penduduk berpikir demikian.

Tokoh jahat Calon Arang dilawan oleh tokoh baik, Mpu Baradah. Ia terkenal saleh dan taat menyembah dewa. Mpu Baradah diminta Raja Erlangga, pemimpin Kerajaan Daha untuk menumpas Calon Arang. Mpu Baradah menyusun rencana dengan menikahkan anak didiknya, Mpu Bahula dengan Ratna Manggali. Kemudian Mpu Bahula berusaha mencari informasi rahasia kekuatan hitam Calon Arang. Mpu Baradah akhirnya menyusun rencana setelah mengetahui rahasia ini.

Seperti kebanyakan dongeng, Cerita Calon Arang memiliki pesan Siapa yang menyemai benih, ia yang akan menuai. Jika kamu bersikap jahat, kamu akan merasakan akibat dari kejahatanmu sendiri. Sejatinya Calon Arang ingin membela anaknya yang tak laku kawin, tapi ia membela dengan cara yang keliru. Meskipun niatnya baik, tapi kalau caranya buruk hasilnya akan buruk.

Yang baik akan selalu mengalahkan yang jahat. Di buku ini baik dan buruk ditunjukkan secara jelas. Semua penduduk Desa Girah begitu takut dengan Calon Arang. Ketia ia dan anak buahnya melewati desa, semua penduduk masuk ke dalam rumah. Anak-anak dilarang bermain keluar rumah. Jika Calon Arang mendengar bisik-bisik perihal buruk tentangnya, ia tak segan untuk mencelakakannya. Sementara saat Mpu Baradah datang ke Desa Girah, semua penduduk bersuka cita berharap ia sanggup mengalahkan Calon Arang.

Ending dongeng ini adalah kembalinya kehidupan bahagia Kerajaan Daha. Suatu hari Raja Erlangga menginginkan menjadi pertapa di Bali. Sayangnya ia harus menyerahkan kerajaannya kepada kedua anaknya. Itulah cikal bakal pecahnya Kerajaan Daha menjadi Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala.

***

Dari beberapa referensi yang saya baca, Dewi Durga merupakan dewi yang paling sering dipuja umat Hindu saat Hari Raya Galungan. Dewi Durga melambangkan kekuatan yang Mahatinggi yang mempertahankan tatanan moral dan kebenaran di alam semesta. Saya tidak tahu mengapa di cerita ini ia berubah menjadi dewi jahat yang disembah tukang teluh hitam. Mungkin karena ini dongeng, jadi sah-sah saja untuk mengubah karakter maupun cerita. Sejatinya ini membuat saya penasaran untuk terus mencari referensi.

Secara keseluruhan saya menikmati dongeng ini. Seperti biasanya, genre historikal fiksi tidak bisa saya telan mentah-mentah. Calon Arang sendiri termasuk hipogram, yang mana memiliki banyak versi cerita namun tidak mengubah inti cerita sastra itu sendiri. Berdasarkan pengantar dari penulis, tulisan lama naskah ini ada dua macam, yaitu berasal dari Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh R. Ng. Purbatjaraka dalam Bijdr. K.I deel dan dimacapatkan (dilagukan) oleh Raden Wiradat dan diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Buku ini saya dapat dari giveaway ulang tahun Klub Buku Yogyakarta. Ini Buku Pram pertama yang saya punya dan baca. Bukunya tipis asik sehingga hanya butuh beberapa jam membaca ini.

Review ini dikutsertakan dalam Tantangan Baca Ulas season 2.

-end-







Tidak ada komentar:

Posting Komentar